-->

Produk Apa Yang Sebaiknya Untuk Produksi Rumahan

Artikel ini awalnya ditujukan untuk menjawab pertanyaan sdr. - sebut saja - Budi, yang bertanya tentang beberapa formulasi di blog produksirumahan.blogspot.com ini.
Namun karena setelah dipikir-pikir mungkin bisa menjawab pertanyaan para pembaca blog ini yang lain, maka akhirnya saya putuskan untuk dipublikasikan.
Berikut cuplikan lengkapnya :
Assalamualaikum Wr. Wb
Salam Sejahtera,

Pertama, saya ucapkan terima kasih atas perhatian Mas Budi dan mau berkunjung ke blog produksirumahan.blogspot.com.
Sekalian mohon maaf karena responnya agak lambat. Maklum karena kesibukan, sudah agak cukup lama tidak online ngeblog.
Sebenarnya cukup banyak yang mengajukan pertanyaan seperti Mas Budi….apakah saya buka kelas / kursus membuat produk atau tidak.
Sayangnya memang tidak.

Menulis di blog awalnya memang hanya sekedar untuk berbagi pengetahuan yang kebetulan saya tahu, karena hingga kini memang masih terikat dengan pekerjaan utama.
Dan juga untuk mengajari anak-anak saya agar mau belajar menulis.
Jadi ketika waktu senggang baru nulis di blog.

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan Mas Budi nanti ( jika ada ), perkenankan saya sedikit bercerita….
Bukannya untuk pamer atau untuk narsis, …tapi dari cerita ini – menurut saya – ada satu hal yang bisa diambil sebuah kesimpulan bagi Mas Budi.

Saya menulis di blog produksirumahan dengan tema formulasi atau cara membuat produk, karena ada beberapa alasan :


1. Kebetulan saya punya basic akademik di situ, karena kebetulan lulusan Teknik Kimia

2. Ketika mulai bekerja di tahun 90 an dulu, saya beberapa kali pindah-pindah perusahaan.
Namun kebanyakan bagian yang saya tangani adalah yang berkaitan dengan laboratorium, RND, produksi dan lingkungan. Dari situ – selain ilmu proses dan formulasi yang didapat dari perusahaan – saya jadi sering bergelut dengan masalah formulasi berbagai macam produk.

3. Waktu itu – banyak teman-teman yang sudah buka usaha sendiri sering minta dibuatkan formulasi produk untuk menunjang usaha mereka.
Jadi sambil kerja ( siangnya ), di rumah saya juga buatkan beberapa macam produk untuk bantu usaha mereka. Sehingga waktu itu, di rumah seperti “kapal pecah” karena ada begitu banyak bahan-bahan kimia.

4. Dari situ – sambil kerja di perusahaan – saya putuskan untuk usaha sendiri, dengan membuat berbagai macam produk yang lazim di pasaran.
Waktu itu yang saya buat mulai dari sabun, pengkilap, lem hingga thinner.
Beberapa produk saya jadikan produk regular dan saya pasarkan di pasaran dengan merk sendiri.
Tapi karena masih kerja di perusahaan orang dan begitu banyak produk yang dibuat jadinya kurang focus. Sehingga akhirnya, istilahnya jadi produksi freelance, artinya buat produk ketika ada yang minta.
( Waktu itu sempat juga kirim produk lem ke Surabaya )

5. Akhir tahun 90 an, usaha bahkan saya hentikan, karena anak-anak mulai lahir.
Saya pikir …kurang sehat jika ada anak-anak kecil, sedangkan di dalam rumah ada begitu banyak bahan kimia.

6. Sejak itu sudah tidak produksi freelance lagi, tapi masih “otak-atik” formulasi di perusahaan.

7. Hingga akhir tahun 2000 – sekitar 2009 – berhenti otak-atik karena bagian yang ditangani sudah beda.
Sayangnya ketika anak-anak sudah mulai besar, minat akademiknya beda.
Sehingga tidak ada yang tertarik mempelajari masalah formulasi.
Dari situ kepikiran…..kok rasanya sayang jika …pengetahuan yang kebetulan saya ketahui nanti hilang. Makanya akhirnya nulis di blog.

Dari basic di atas itulah akhirnya sedikit-sedikit saya tahu tentang bagaimana cara memulai usaha ( produksi ), seperti apa kondisi pasar, hingga harga-harga bahan kimia.
( Catatan : karena sudah berhenti cukup lama,….kondisi yang terkini tentu saja tidak mengikuti lagi ).

Apa yang ingin saya sampaikan dari cerita di atas ( …yang moga-moga mas Budi bisa simpulkan nanti ..) adalah :

1. Dari pengalaman saya, untuk membuat sebuah produk sebenarnya adalah tidak terlalu sulit. Terlebih saat sekarang ini, dimana informasi begitu mudah didapat.
Saya yakin Mas Budi setuju dengan hal ini.
Hanya dengan pegang HP, lalu buka Mbah Google, formula produk apa saja bisa didapat. Bahkan formula produk paten sekalipun. ( selama tepat mengetikkan kata kuncinya ).

2. Karena saya dulu buat begitu banyak produk, akhirnya tidak fokus.
Untuk pengetahuan sih bagus. Tapi untuk usaha, kurang bagus. Karena usaha jadi susah besarnnya. Sebab ini adalah produksi skala rumahan ( beda dengan skala perusahaan, makin banyak jenis produk yang dilempar ke pasaran, makin punya peluang merajai pasar ).

3. Kebanyakan produk-produk yang berbasis bahan kimia memang sangat “menggiurkan” untuk diproduksi. Terlebih untuk penggunaan terbatas ( untuk disuplay ke perusahaan misalnya ).
Coba Mas Budi cek…..usaha/perusahaan yang mensuplay produk bahan kimia ( yang focus dan serius ) ….begitu cepat besarnya.
Cuma hanya hitungan tahun perusahaan menggelembung seperti balon.
Saya sering temui di perusahaan, produk ( berbasis kimia ) yang biaya bahan dan produksinya hanya beberapa puluh ribu rupiah, harga jualnya bisa mencapai ratusan ribu rupiah.
Yang biayanya ratusan ribu rupiah dijual jutaan rupiah.

Tapi beberapa produk berbasis bahan kimia yang digunakan sehari-hari, karena kini sudah ada begitu banyak pesaing, limit profitnya menjadi sangat kecil.
Produk seperti : sabun, detergen atau sejenisnya saya sarankan untuk tidak diproduksi. Sebab akan sangat susah bersaing dengan perusahaan besar.
Perusahaan-perusahaan besar bisa memproduksi produk ini dengan lebih murah karena menang pada kuantitas pembelian bahan dan biaya produksi.

Jadi, sebelum mas Budi berniat memulai membuat suatu produk untuk buka usaha, kalau boleh saya sarankan :

1. Coba mas Budi pelajari dan teliti dulu pangsa pasar yang merupakan ceruk / celah yang bisa dimasuki. Sebaiknya jangan bersaing dengan produk-produk umum dari perusahaan besar. Peluang menangnya sangat kecil ( terkecuali jika mas Budi sudah punya pasar pasti. Sudah ada ikatan kontrak misalnya ).

2. Dari situ mas Budi tentukan dan FOKUS, produk apa yang akan dibuat. Tidak harus 1 produk memang. Untuk “Test Case” hingga 2 atau 3 jenis produk mungkin masih bisa. Tapi lebih dari itu akan susah…..( ini sih berdasar pengalaman saya di atas ). Sebagai gambaran ( berdasarkan pengalaman saya ) produk-produk berbahan cair akan lebih memberikan limit profit yang rentangnya lebih besar dibanding yang padat.

Sebab :
a. Produk-produk cair harga per satuan bahan umumnya lebih murah ( terlebih jika ada komponen air dalam formulasinya )

b. Material handling lebih mudah

c. Proses produksinya juga relative lebih mudah dari pada produk padat. ( Kalau saya waktu itu….produk yang limit profitnya sangat lebar – bahkan ugal-ugalan – adalah produk thinner )

Nah, jika mas Budi sudah memilih dan mantap dengan sebuah produk, silahkan mas Budi berkorespondensi.
InsyaAllah saya akan bantu semampu dan sebisa pengetahuan saya. Saya sudah merasa senang dengan orang-orang muda yang mau maju.

Mungkin itu dulu yang saya sampaikan. Maaf tulisan di atas bukan bermaksud untuk menggurui, tapi hanya sekedar bebagi pengalaman.
Maksudnya …jika nanti jadi usaha biar lebih “smooth”…
Karena bagaimanapun yang namanya usaha kan butuh waktu dan juga biaya…. Sayang kalau kebuang-buang.
Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Salam Sejahtera.

Yang ada hubungannya dengan penjelasan di atas : Apa secukupnya pada formula shampoo mobil ?

You may like these posts