Mekanisme Kerja Tinta Plastisol Pada Proses Penyablonan
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, tinta plastisol masih menjadi salah satu pilihan favorit untuk proses penyablonan dan cetak mencetak. Dengan sifatnya yang sangat fleksibel dan daya tahannya yang cukup lama, plastisol bahkan menjadi pilihan utama.
Namun mengingat bahan atau komponen penyusunnya yang berupa salah satu keluarga polimer – dalam hal ini resin PVC – maka tinta plastisol membutuhkan temperatur tertentu untuk mendapatkan pengeringan secara sempurna, yang dalam hal ini disebut curing temperature.
Dimana untuk mencapai titik curing – pengeringan secara sempurna – plastisol umumnya memiliki curing temperature pada suhu 160oC – 180oC.
Ketika diaplikasikan - secara mendasar - cara kerja dari tinta plastisol adalah dengan membentuk sebuah lapisan plastic (PVC) yang terdispersi dalam plasticizer yang kemudian menjadi matang melalui sebuah reaksi sambung silang yang dalam istilah kimia disebut reaksi cross linking.
Dalam hal ini bahan yang biasa digunakan sebagai “cross linker” adalah zat peroksida organik, misalnya Dicumyl peroxide (DCP).
Dicumyl peroxide (DCP) inilah yang di-dekomposisi-kan untuk menghasilkan radikal aktif. Yang kemudian berlanjut membuat terjadinya suatu reaksi sambung silang dari polimer PVC.
Agar Dicumyl peroxide (DCP) ini dapat terdekomposisi secara sempurna, suhu yang dibutuhkan berada pada 140oC – 200oC.
Karena itulah pada aplikasinya, Plastisol membutuhkan suhu curing yang cukup tinggi agar matang dan kering sempurna (suhu 160oC – 180oC ).
Dalam formulasi plastisol, Resin PVC yang umum digunakan adalah berupa campuran antara jenis suspensi dan dispersi.
Resin PVC yang berbentuk bubukan halus didispersikan ke dalam plasticizer yang berbentuk cairan agak kental.
Karena itulah ketika menyusun formulasi plastisol, peranan plasticizer sama pentingnya dengan peranan PVC resin. Sebab adanya Plasticizer akan menentukan karakter rheologi plastisol dalam bentuk pasta dan sifat fisis setelah terjadi curing.
Namun sifat sifat tersebut akan sangat tergantung dari konsentrasi ( banyak sedikitnya plastisizer ) dan juga jenis plasticizer yang digunakan dalam formulasi.
Dalam formulasi plastisol, jenis plastisizer yang paling umum digunakan adalah dari jenis pthalat (DOP atau DBP). Sedangkan untuk mendapatkan produk plastisol yang relatif sempurna, tentu saja masih dibutuhkan beberapa aditif ( bahan tambahan ) lainnya.
Sebagai salah satu contoh formulasi untuk pembuatan plastisol adalah seperti resep plastisol baku yang di bawah ini :