-->

Berbagi Pengalaman Tentang Melamar Pekerjaan Menjadi Direktur ( Alasan Mengapa Tidak Mau Menjadi Direktur )

SEBUAH ILUSTRASI CERITA
Peristiwa ini sebenarnya sudah terjadi puluhan tahun yang lampau, yaitu di saat lulus, menjadi fresh graduate, lalu mencoba untuk melamar mencari pekerjaan.
Saya termasuk orang yang “beruntung” bisa mendapat pekerjaan secara cepat setelah lulus.
( Tidak bermaksud untuk menyombongkan diri, Saya bahkan sudah diterima bekerja meski ijazahnya belum keluar ).
Dari beberapa surat lamaran yang saya ajukan, biasanya selalu mendapat panggilan untuk tes penerimaan kerja.

Sebagai anak muda yang fresh graduate dari perguruaan tinggi ( yang jaman itu masih cukup dihargai ), tentu saja masih sangat idealis. Dan tentu saja besar cita-citanya. ( Baca “ banyak maunya )

Pengalaman ini terjadi di saat melamar pekerjaan di salah satu perusahaan besar ( bahkan termasuk perusahaan raksasa waktu itu ).
Setelah berhasil menyisihkan banyak pesaing pada tes tertulis, lulus dalam psikotest, kemudian juga lolos pada tes kesehatan, maka tibalah saatnya untuk melakukan tes wawancara.
Dan pasti sudah pada tahu, kan, jika para pewawancara calon tenaga kerja adalah orang-orang yang tidak hanya pandai tetapi juga cerdik.
Selain pandai dalam penguasaan masalah teknis, para pewawancara juga sangat piawai dalam mendedah dan membongkar isi jeroan calon tenaga kerja.
Kepribadian, daya dan kemampuan kerja, serta misi dan misi calon tenaga kerja mereka bongkar dan aduk-aduk.
Selain mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lugas dan to the point, selalu saja diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan yang kedengarannya sangat mudah, namun sebenarnya “menjebak”.
Dan jika calon tenaga kerja kurang mendalami jenis pertanyaan yang sering diajukan saat wawancara kerja, biasanya akan dengan mudah terjebak !

Nah di saat itulah, peristiwa yang kemudian menjadi pengalaman yang luar biasa terjadi.
Setelah melalui banyak pertanyaan, pewawancara akhirnya menyakan sebuah pertanyaan yang kedengarannya wajar-wajar saja, namun sangat menantang.
Pewawancara menanyakan :
“ Jika anda diberi kebebasan untuk memilih pekerjaan di perusahaan ini, pekerjaan apa yang anda lamar untuk saat ini ?”

Sebagai seorang fresh graduate yang masih idealis dan besar cita-cita ( sekali lagi baca : besar maunya ), kontan menjawab :
“ Melamar sebagai direktur perusahaan “
Lalu apa kata sang pewawancara ?
Pewawancara mengatakan : ” anda sudah gila apa, melamar menjadi direktur perusahaan ?”
Jawab : “belum...”

Dari situ pulalah akhirnya pewawancara memberi arahan tentang banyak hal, yang kemudian bisa dijadikan “bekal” berharga di kemudian hari.

Meski pada akhirnya saya bisa diterima pada perusahaan tersebut ( tentu saja bukan sebagai direktur ), namun dari situ pula akhirnya saya memutuskan untuk tidak mau menjadi Direktur.

Aneh ? Mengapa ?
Sebab sesuai kata sang pewawancara tadi, saya harus sudah gila untuk bisa menjadi direktur !
Mana mau harus gila terlebih dulu untuk bisa menjadi direktur.....
He....he....he...
( Padahal memang belum mampu untuk menjadi direktur perusahaan ! )

Meski kejadian di atas mirip sebuah joke, tetapi itu bisa saja terjadi.
Bukan hanya sebuah joke dan bukan seperti itu intinya.
Inti atau point dari artikel ini adalah bahwa seorang pelamar kerja – terutama sekali para fresh graduate – selayaknya mengukur dan mengetahui apa kemampuan dan kelebihan diri.
Ketahui pula apa yang menjadi kelemahan diri.

Untuk bisa diterima bekerja di sebuah perusahaan tidak hanya bisa bermodal semangat yang kuat atau ijazah tinggi belaka. Di dunia kerja yang semakin ketat persaingannya di saat ini “kompetensi kerja” amat sangat dibutuhkan.

Dan hal ini kerap kali belum ada atau diabaikan oleh para lulusan baru atau fresh graduate.
Untuk bisa diterima bekerja, tipsnya sederhana, selain punya bekal kemauan kerja yang kuat – itu artinya tidak mudah putus asa ketika ditolak – juga harus disertai dengan ‘siap kerja”.
Itu artinya anda harus membekali diri dengan keahlian yang kompeten dengan pekerjaan yang akan anda lamar. Bukan hanya bermodalkan selembar ijazah belaka !
Dan tentu saja banyak berdoa.
Selamat “berburu: pekerjaan.
Dan jangan pernah menyerah ! Sekalipun !
Simak juga :